Selasa, 07 September 2010
PAHLAWAN
Menghadapi mesin perkasa mereka
Berjuang maju tanpa henti
Untuk meluapkan amarahmu
Ujung tombak kau acungkan
Untuk melawan para serigala
Kau ayunkan sekuat tenaga
Untuk meleburkan besi perang mereka
Mengusir serigala dari tempatmu
Tanpa takut akan mesin bergerak mereka
Kau terus maju tanpa henti
Tanpa rasa menyerah
Kau terus mengayunkan tombakmu
Tanpa takut akan tumpukan daging busuk
Dan noda merah yang berceceran
Kau terus berjuang
Hari yang dinanti akhirnya tiba
Serigala kembali ke hutannya
Janji kemenangan dikobarkan
Tanpa rasa takut serigala kembali
Walau bayang-bayang mereka masih ada
Terus menghantuimu dalam janji
Merah putih terus kau jaga
Walau ibu pertiwi ternoda
Pahlawan kami akan menjaganya
Ibu pertiwi yang ramah
Ibu pertiwi yang pemurah
Kami akan melindungimu
Banjir
Tak henti kau menyerang kami
Bagai tak ada hati kau menghancurkan semuanya
Kau hantam tempat berlindung kami
Melelehkan lilin-lilin kecil kami
Dingin menghantam kami
Tapi tak kau pedulikan
Ketakutan menghampiri
Tak kau hiraukan
Apakah kau buta mengapa kami
Apa salah kami
Mengapa bukan mereka
Yang telah membuatmu mengamuk
Mereka buat botak semua lahan hijau
Mereka hancurkan dinding kokoh pencegah kemarau
Semoga mereka tertiban oleh dinding kokoh itu
Hancur terbawa oleh serpihan hina mereka
Tuhan dengarlah doa kami
Kau maha kuasa
Mengapa harus kami tuhan
Kami bertanya
Rabu, 03 Februari 2010
banjir
nasib mereka itu
hanyut terbawa kehancuran
hancur hati mereka
tak disangka dapat begitu
kegundulan suatu lahan
air mengalir deras
kegiatan kecil menjadi bencana
air yang kecil dapat menjadi bencana
terkutuklah mereka itu
hanya bisu yang mereka jawab
taka ada pertanggung jawaban
apa hala itu bisa kita terma
air telah mengahanyutkan mereka sendiri
terbawa oleh perbuatan sendiri
geram rasa hetiku
Rabu, 06 Januari 2010
gubuk kenangan
gubuk reyot tempat ku dilahirkan
walau sudah rentan
tetap saja hatiku teguh
melihat gubuk yang telah lama ini
tapi ku tetapkan hatiku
untuk melihatnya
ketika kulihat gubuk reyotku
berubah menjadi pencakar langit
sakit hatiku melihat temanku
kini tidur dibawah batang beton
walau muka mereka terlihat senang
tetapi hatiku sedih
nasib pribumi sendiri
ingin ku halangi
namun jiwa tak sanggup
lihatlah mereka
bantulah mereka
jangan kau biarkan mereka sedih